Ballerina Cappucina & Visual Identity, Ketika Meme Jadi Estetika Branding
Siapa Sih Ballerina Cappucina?
Di antara hiruk pikuk media sosial, muncul sosok misterius nan absurd yaitu Ballerina Cappucina. Karakter perempuan bergaya vintage, caption-nya nyastra tapi ngawur, dan visualnya kayak campuran Pinterest + fever dream.
Meski bukan tokoh nyata, Ballerina viral karena aneh, penuh kontroversi, dan mungkin saja justru itu kekuatannya. Uniknya lagi, ia seolah punya "kepribadian digital" yang bikin banyak orang ikut terseret ke semesta fiksinya.
Baca juga: Apa Itu Italian Brainrot? Simak Insight Marketing dari Karakter Shark Sneaker & Crocodile Bomber
Branding Lewat Visual yang “Gak Masuk Akal”
Yang bikin Ballerina menonjol bukan cuma caption-nya, tapi visual identity yang konsisten dan kuat. Warna pastel, tone dreamy-retro, gaya bicara yang khas yang semuanya itu dibungkus estetik, meski gak selalu masuk di logika. Justru karena “gak normal”, dia menarik perhatian di tengah feed yang seragam. Dunia digital yang cepat muncul visual yang aneh tapi konsisten dan malah justru bikin orang berhenti scroll.
Baca juga: Geng Anomali AI Tung Tung Sahur dan Ballerina Cappuccina, Belajar Branding dari yang Nyeleneh
Ballerina Cappucina & Visual Identity, Ketika Meme Jadi Estetika Branding. (Sumber: perfectcorp.com)
Antara Meme dan Strategi Branding
Walaupun awalnya muncul sebagai meme absurd, karakter ini punya daya tarik branding yang kuat lho ternyata. Banyak audiens yang ingat, suka, dan bahkan ikut- ikutan gayanya. Alhasil ini jadi pelajaran bahwa konten bukan harus yang selalu rapi, tapi harus punya karakter dan vibe. So, branding itu nyatanya gak melulu tentang pesan yang dijelaskan, kadang cukup dirasakan dan aneh sedikit gak masalah malah dibilang kreatif?
Baca juga: Pelajari 5 Cara Manfaatkan Meme Sebagai Strategi Visual Media Sosial
Karakter Fiktif Bisa Jadi Influencer?
Dengan gaya yang unik dan fanbase yang tumbuh organik, karakter kayak Ballerina bisa banget dijadikan media branding seperti konten kolaborasi bahkan sampai storytelling endorse. Bahkan brand bisa menciptakan karakter sendiri sebagai bentuk influencer marketing non-tradisional yang tetap relevan dan engaging. Persona digital seperti ini bisa hadir sebagai “jembatan emosional” antara brand dan audiensnya.
Baca juga: 5 Strategi dan Manfaat Employee Advocacy untuk Memenangkan Penghargaan
Branding Gak Harus Serius, Tapi Harus Konsisten
Pelajaran utama branding hari ini bukan cuma soal logo atau font, tapi tentang atmosfer yang dibangun. Karakter aneh, lucu, atau absurd bisa jadi efektif asal punya suara dan jujur dengan gaya komunikasinya. Ternyata sekarang keanehan pun bisa jadi strategi di dunia digital selama punya niat kreatif yang jelas, yang absurd pun bisa jadi ikonik ya.
Baca juga: Julukan Ikonik di Film Jumbo dan Kaitannya dengan Strategi Branding
Ballerina Cappucina membuktikan bahwa branding bisa lahir dari hal yang absurd asalkan dikemas dengan konsisten dan kuat secara visual.
Untuk brand yang mau tampil beda di media sosial, kadang solusi terbaik bukan iklan, tapi karakter yang hidup di tengah audiens. Karakter seperti ini bukan cuma konten doang karena mereka memberi pengalaman.