Erigo dan Campaign #StopAsianHate yang Pernah Ramai di Amerika
Beberapa tahun lalu, brand fashion lokal Erigo bikin kejutan. Bukan karena koleksi terbarunya, tapi karena mereka tampil di billboard Times Square, New York, sambil bawa pesan penting, yakni #StopAsianHate.
Buat banyak orang, ini terlihat seperti langkah "berani". Tapi buat orang marketing, ini contoh strategi branding digital yang cerdas, gabung ke percakapan global, tetap relevan, dan tampil berani tanpa kehilangan identitas lokal.
Baca juga: 5 Branding Lokal Indonesia yang Ceritanya Keren dan Strateginya Matang
Branding Gak Cuma Soal Produk — Tapi Nilai
Saat itu, isu rasisme terhadap komunitas Asia sedang panas panasnya di Amerika. Gak bisa diam aja, Erigo ikut angkat suara lewat campaign sosial. Dengan visual yang kuat dan narasi yang emosional, mereka berani memanfaatkan momentum global dan menunjukkan bahwa brand lokal bisa relevan di isu besar dunia. Yes, strategi ini bukan cuma soal idealisme aja Sobat, ini juga soal brand positioning.
Baca juga: Logo HUT RI 80 Bisa Menginspirasi Strategi Branding di Media Digital
Erigo dan Influencer Marketing: Strategi yang Rapi
Sebelum masuk Times Square, Erigo udah duluan aktif di ranah influencer marketing dan media sosial. Mereka sering kolaborasi dengan content creator muda, gaya kasual, dan tone yang “anak sekarang banget”. Mulai dari endorse selebgram, TikTok creator, sampai YouTuber dengan storytelling ringan tapi engaging.
Konten mereka gak selalu hard-sell juga, justru kuat di narasi dan visual kayak fashion lifestyle yang relate, dengan mood “pede tapi santai”. Inilah yang bikin brand terasa dekat, tapi juga berkelas. Kunci utamanya adalah konsistensi branding digital.
Baca juga: Kenapa Banyak Brand Lokal Gagal Menang di Top of Mind Konsumen?
Erigo dan Campaign #StopAsianHate yang Pernah Ramai di Amerika. (Sumber: Unsplash)
Digital Jadi Gaya Main Buat Erigo
Erigo ngerti bahwa untuk bisa bersaing di pasar global, mereka gak bisa pakai cara konvensional. Strategi mereka dibentuk dengan pendekatan konten yang kulturable, yakni mudah nyambung di berbagai konteks budaya.
Hal ini penting banget dimiliki brand yang mau mengglobal seperti erigo di era digital. Karena audiens di media sosial gak cuma beli produk, mereka juga beli cerita, nilai, dan vibe.
Baca juga: Ada Cringe Marketing di 2025?! Saat Konyol Malah Jadi Strategi Viral
Karena gak banyak brand lokal yang berani tampil di panggung global dengan tetap jadi diri sendiri. Erigo gak “berpura-pura jadi brand luar”. Mereka justru membawa isu Asia ke jantung Amerika dan jadi bagian dari percakapan digital dunia.
Buat agency atau brand lain, ini pelajaran penting bahwa:
· Campaign sosial bisa jadi alat branding;
· Konsistensi konten dan pemilihan content creator itu krusial; dan
· Berani masuk ke momen besar bisa memperkuat positioning.
Baca juga: Apa Itu Multisensory Branding? Saat Jingle, Getaran dan Gerakan Bikin Brand Lebih ‘Hidup’
Siap Jadi Brand Lokal dengan Impact Global?
Kalau kamu punya brand dan pengen tampil lebih berani, masuk pasar yang lebih luas, dan punya arah branding yang kuat di media sosial, kamu gak harus mulai dari billboard Times Square dulu kok! Mulai aja dari konten yang terarah, strategi digital yang jelas, dan kolaborasi dengan influencer yang tepat. IAM.id bisa bantu dari perencanaan hingga aktivasi, join sekarang ya!