Bolehkah Promosi Produk yang Gak Kita Pakai dalam Etika Endorse?
Siapa sih yang gak kenal kata “endorse” di zaman media sosial yang udah merajalela ini? Dari artis, influencer, sampai content creator pemula, hampir semua pernah atau ingin dapat kesempatan endorse produk dari brand. Tapi di balik gemerlapnya influencer marketing, muncul satu pertanyaan penting: boleh gak sih promosiin produk yang sebenernya gak kita pakai atau gak kita percaya?
Yuk kita bahas bareng- bareng!
Baca juga: Influencer dan Endorser Sama atau Beda? Mana yang Cocok Buat Brand Kamu?
Apa Sih Arti Sebenarnya dari Endorse?
Endorsement itu pada dasarnya adalah dukungan atau rekomendasi dari seseorang terhadap sebuah produk atau jasa. Di media sosial biasanya endorse kayak gini muncul dalam bentuk konten, baik foto, video, maupun ulasan, yang ditujukan untuk mempromosikan brand tertentu. Tapi sebenarnya endorsement ini idealnya datang dari pengalaman pribadi atau keyakinan terhadap kualitas produk, bukan cuma sekadar dibayar aja ya.
Baca juga: Brand, Jangan Terlewat Manfaatkan Tren Endorsement di Kalangan Gen Z
Tricky: Endorse tapi Nggak Pakai?
Sekarang kita masuk ke intinya ya Sobat! Banyak konten endorse yang dibikin hanya karena kontrak dan tanpa benar- benar menggunakan produknya. Ini sering terjadi karena beberapa alasan seperti deadline sempit jadi gak sempat coba produknya, atau fee endorse yang besar bikin influencer susah nolak, atau mungkin juga gak cocok pakai produknya tapi tetap harus promosi.
Terus pertanyaannya, etis gak sih?
Jawabannya tentu jadi tergantung. Tapi normalnya sih tidak etis. Kalau kamu mengaku suka padahal gak pernah coba, itu bisa aja dikategorikan sebagai misleading atau menyesatkan, kan?
Bolehkah Promosi Produk yang Gak Kita Pakai dalam Etika Endorse? (Sumber: Unsplash)
Baca juga: Strategi Endorsement Anti Boncos! Cara Efektif Memaksimalkan Hasil Endorsement
Apa Kata Regulasi?
Menurut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan juga Undang-Undang Perlindungan Konsumen, menyampaikan informasi yang gak sesuai fakta bisa merugikan konsumen. Bahkan, beberapa negara sudah mulai memperketat regulasi seputar influencer marketing lho!
Contohnya aja di Inggris dan Amerika Serikat, para influencer diwajibkan memberitahu audiens apakah mereka dibayar, atau mendapat produk gratis, atau benar- benar beli sendiri. Jadi, kalau kamu bilang “ini bagus banget” tapi ternyata cuma formalitas endorsement tanpa benar- benar mengonsumsinya, bisa bahaya buat reputasi dan bahkan hukum!
Baca juga: Strategi dan Tips Mengelola Campaign Endorsement di Multi- Platform Media Sosial
Bangun Branding Jangka Panjang Lewat Kejujuran
Buat kamu yang mau bangun karier jangka panjang sebagai influencer atau kreator konten digital, kejujuran adalah pondasi utama. Apalagi audiens makin kesini makin cerdas. Mereka bisa bedain juga lho mana endorse yang tulus dan mana yang cuma “asal jalanin kontrak”.
Kenapa begitu? Karena branding kamu dibentuk dari kepercayaan audiens. Kalau mereka tahu kamu hanya promosiin yang kamu percaya dan pakai, mereka akan lebih loyal. Plus, brand juga makin senang kerjasama dengan kamu karena kredibilitasmu tinggi.
Baca juga: Review Perbandingan Platform Media Sosial Instagram dan TikTok dalam Endorsement Campaign
Tips Tetap Etis dalam Endorsement
- Coba dulu produknya sebelum bikin konten. Kalau cocok, lanjut. Kalau gak cocok, kamu bisa komunikasikan ke brand.
- Jujur dalam melakukan review. Bilang kelebihan dan kekurangannya secara objektif ya!
- Gunakan tag #ad atau #sponsored kalau memang dibayar supaya transparan di mata audiens.
- Tolak kerjasama yang gak sesuai dengan value kamu. Gak apa- apa kok nolak satu brand demi reputasi jangka panjang.
Baca juga: Strategi Menangani Endorsement dan Sponsorship sebagai Influencer
Jadi gimana? Boleh atau gak nih promosi produk yang gak kita pakai? Jawabannya simpel, bisa aja sih, tapi sebaiknya jangan. Selain menyangkut etika dan kepercayaan audiens, kamu juga mempertaruhkan branding personal yang susah banget dibangun tapi bisa aja hancur gara- gara satu konten endorse.
Kejujuran adalah mata uang paling mahal di dunia influencer marketing. So, jangan cuma mikir konten yang viral, tapi juga pikirkan nilai yang kamu bawa di setiap kerjasama ya!