Nego, Transparan, atau Skip? Strategi Brand Saat Tarif Influencer Terlalu Fantastis
Pernah gak brand kamu kepo banget sama influencer yang pas banget tapi setelah tahu rate card-nya, mata langsung berkunang- kunang? Sebenarnya kejadian ini udah lumrah terjadi di dunia agency. Tarif fantastis yang bisa bikin bingung harus gimana? Nego, transparan, atau skip aja nih?
Kalau Sobat pernah di posisi ini, tenang… Artikel ini bantu kamu buat memahami pilihan terbaik, plus strategi recruiting influencer di era digital tanpa bikin kantong bolong.
Baca juga: Ubah Tantangan Ekonomi Jadi Peluang! Simak Strategi Influencer Marketing di Tahun 2025!
1. Nego: Cara Cerdas, Asal Pasti Win–Win
Nego bukan berarti tawar seenaknya. Ini soal nilai yang dirasakan dua belah pihak (brand & influencer). Di sinilah pentingnya briefing yang jelas:
✅ Definisi deliverables: Berapa konten? Jenis (post, story, reel)? Format?
✅ Eksklusivitas dan durasi: Apakah ada larangan kerjasama kompetitor dalam waktu tertentu?
✅ Revisi dan hak penggunaan: Apakah brand boleh repurpose konten?
Dengan kriteria yang jelas, brand bisa ajukan tawaran realistis, bukan cuma “minta diskon”. Gaya communicate transparan juga membangun image yang profesional dan sopan di mata influencer.
Nego, Transparan, atau Skip? Strategi Brand Saat Tarif Influencer Terlalu Fantastis. (Sumber: Unsplash)
Baca juga: Alasan Brand Pilih IAM.id Sebagai Partner Strategis di Dunia Digital dan Influencer Marketing
2. Transparansi Budget: Bangun Kepercayaan Sejak Awal
Coba deh, jalankan pendekatan transparan soal budget. Misalnya:
✅ Terang-terangan bilang: “Ini range budget kita…”
✅ Minta rate yang sebanding dengan ekspektasi deliverables.
✅ Jelaskan value ROI atau impact campaign supaya influencer tahu konteksnya.
Transparan bukan berarti murah, malah ini bikin influencer paham bahwa kamu menghargai profesionalisme mereka, dan sebaliknya, kamu bisa mendapatkan hasil konten yang berkualitas karena ekspektasinya sama- sama jelas.
Baca juga: Feed Makin Ramai & Engagement Makin Naik, Ini Ide Postingan Menjelang Libur Sekolah!
3. Skip dan Fokus ke Micro- atau Nano-Influencer
Kalau tarif influencer besar kelewat tinggi, opsi lain adalah micro (10k–100k followers) atau nano-influencer (1k–10k followers). Mereka sering:
✅ Minta rate lebih bersahabat
✅ Engagement-nya tinggi dan real
✅ Audiensnya niche dan loyal
✅ Lebih fleksibel dalam briefing
Pendekatan ini cocok untuk campaign yang ingin membangun awareness jangka panjang, bukan hanya satu kali exposure.
Baca juga: Ini Alasan Kenapa Engagement Rate Lebih Penting dari Jumlah Follower
4. Kombinasi Uang + Produk + Komisi: Model Hybrid
Budget pas- pasan tapi butuh produknya tampil? Strategi hybrid bisa:
✅ Tawarkan produk gratis + top-up honor minimal
✅ Sertakan komisi affiliate untuk setiap penjualan lewat kode/ link.
Model ini efektif dalam digital influencer marketing karena influencer juga merasa terdorong secara personal untuk mempromosikan dengan baik.
Baca juga: Simak Bedanya Shopee Affiliate Program dengan Program Afiliasi Lain? Kenapa Shopee Menonjol?
5. Fokus pada Value, Bukan Follower
Kunci sukses bukan di angka followers, tapi di:
✅ Engagement rate: Like, komentar, share
✅ Resonansi konten: Apakah komunitas influencer aktif berinteraksi?
✅ Konsistensi tema: Apakah feed-nya sesuai brand tone dan nilai?
Lebih baik bayar 1 micro-influencer dengan audiens 20k aktif, dibanding mega-influencer dengan 1M followers tapi engagement minim.
Baca juga: Bingung Tentang Value Diri dan Niche? Coba Tanyakan Ini ke Diri Sendiri
6. Optimalkan Konten untuk Branding Jangka Panjang
Saat negosiasi atau brief, pastikan konten:
✅ Mencerminkan nilai brand dan pesan utama
✅ Bisa digunakan ulang: feed post, story highlight, banner, atau materi iklan
✅ Disajikan visual & caption sesuai tone brand bikin impact lebih terasa
Baca juga: Instagram vs TikTok di 2025! Mana yang Lebih Efektif untuk Digital Branding?
Jadi, saat bertemu tarif influencer yang fantastis, kamu punya tiga jalan:
1. Nego dengan struktur dan perjelasan yang profesional;
2. Transparan soal budget & ekspektasi demi kepercayaan bersama; atau
3. Skip influencer besar dan arah ke micro/nano dengan engagement nyata
Dan ingat, strategi hybrid (uang + produk + komisi) bisa jadi solusi kreatif banyak brand. Selalu fokus pada value konten ya, bukan cuma follower. Karena di dunia digital sekarang, konten yang tepat dengan sentuhan branding & endorse yang terkonsep akan jauh lebih powerful.