Selling vs Marketing, Seni Membuat Orang Datang Tanpa Dipaksa
Pernah gak kamu scroll media sosial, terus berhenti karena sebuah brand posting konten yang ngena di hati? Bukan yang jualan terang-terangan, tapi justru bikin kamu penasaran, terus rasanya kayak relate juga di kehidupan, sampai akhirnya kepikiran buat beli?
Nah, kira- kria begitulah bedanya marketing sama selling.
Kalau selling itu sama aja dengan ngajak beli. Kalau marketing itu sama kayak bikin orang datang karena mereka ngerasa butuh. Nah di era sekarang pastinya pendekatan marketing jauh lebih efektif dong.
Baca juga: Apa Itu Multisensory Branding? Saat Jingle, Getaran dan Gerakan Bikin Brand Lebih ‘Hidup’
Selling Cepat, Tapi Gak Selalu Nempel
Bayangin kamu lihat iklan yang langsung bilang, “Diskon 50%! Buruan beli sekarang!”, mungkin kamu bakal klik. Tapi kira- kira kamu ingat gak sama brand-nya seminggu kemudian?
Selling memang bisa kasih efek cepat, tapi biasanya lebih pendek. Strategi ini cocok untuk closing instan, tapi kurang cocok kalo buat membangun loyalitas.
Baca juga: Dukungan TikTok dalam Meningkatkan Visibilitas dan Penjualan UMKM di Era Digital
Marketing Lebih Dalam, Lebih Panjang
Marketing yang bagus itu kayak nulis cerita. Pelan- pelan membangun rasa percaya, bikin orang nyaman dulu, baru ajak mereka masuk lebih dalam. Cocok deh pokoknya untuk platform seperti media sosial.
Melalui konten yang konsisten, tone of voice yang khas, dan kolaborasi dengan content creator, brand bisa tumbuh dari yang cuma dikenal doang menjadi brand yang selalu diingat. Ini juga jadi salah satu sebab banyak brand sekarang beralih ke strategi influencer marketing biar punya daya tarik jangka panjang, gak cuma demi viral sesaat aja.
Selling vs Marketing, Seni Membuat Orang Datang Tanpa Dipaksa. (Sumber: Unsplash)
Baca juga: 5 Langkah Mudah untuk Brand Mengatur Strategi Marketing yang Efisien dan Menguntungkan
Digital Marketing Bukan Cuma Iklan, Tapi Ekosistem
Digital marketing gak akan cukup berhenti di satu campaign. Brand pasti butuh strategi menyeluruh dengan:
· Gaya komunikasi yang sesuai audiens,
· Visual yang konsisten,
· Kolaborasi dengan creator yang kredibel,
· Narasi brand yang punya nilai.
Kesemuanya ini gak bisa dikerjain asal- asalan, harus ada keseimbangan antara hard sell dan soft power. Makanya marketing itu seni dan seni itu tentu butuh proses.
Baca juga: Apa Itu The Art of Marketing Service? Mengubah yang Tak Terlihat Jadi Super Menarik!
Influencer Marketing Bantu Kamu Bangun “Daya Tarik”
Kalau selling itu kayak door-to-door sales, maka influencer marketing itu kayak rekomendasi dari temen yang udah kamu percaya. Ketika content creator bawain produk kamu lewat cerita, bukan yang cuma kayak iklan doang, pasti lebih bisa mendorong trust langsung naik. Apalagi kalau kontennya nyatu sama kehidupan mereka di media sosial.
Makanya banyak brand sekarang lebih pilih endorse kreator mikro daripada bayar iklan besar tapi dingin. Karena interaksi yang kecil bisa punya dampak yang lebih hangat dan personal.
Baca juga: Cara Memenangkan Strategi Marketing dengan Taktik ala Player 456 di Squid Game
Mau cepat tapi singkat? Atau bangun pelan-pelan tapi tahan lama?
Selling dan marketing punya tempatnya masing- masing. Tapi buat era digital hari ini, strategi marketing yang kuat dibantu konten dan influencer yang tepat adalah fondasi untuk brand yang mau berkembang dan diingat lebih lama.
Kalau kamu butuh tim yang ngerti cara main di ranah digital, tahu cara ngobrol yang nyambung dengan audiens, dan bisa bantu kemas brand kamu biar lebih menarik tanpa maksa, gampang dong, join aja IAM.id sekarang!