Sharing bersama Fesmus, IAM.ID Berikan Tips dalam Memilih Influencer
Founder sekaligus CEO IAM.ID, Icha Isana Febriana (Bawah) saat mengisi sharing session dengan Fesmus pada Rabu, 22 Februari 2023. (Dok. Pribadi)
Sebagai pemilik brand atau usaha mikro, salah satu cara untuk promosi produk yang efektif salah satunya dengan melibatkan influencer. Namun pemilihan influencer ini tidak asal lho, ada cara yang mesti dilakukan.
Biar tidak salah memilih influencer yang cocok untuk brand, founder sekaligus CEO IAM.ID, Icha Isana Febriana membagikan beberapa tips yang bisa dilakukan para pemilik brand dan UMKM, dalam sharing session Instagram Live bersama @fesmus.official dengan tema “Jangan Salah Pilih Collabs dengan Influencer” yang digelar pada Rabu, 22 Februari 2023.
Menurut Icha, influencer ini sangat potensial untuk promosi sebuah brand atau produk. Influencer merupakan seseorang yang punya pengaruh besar dan bahkan bisa mengarahkan target audiens. Icha menerangkan, influencer ini punya 4 jenis, antara lain nano influencer, micro influencer, macro influencer dan mega influencer.
Di era sekarang, influencer ini jadi bagian penting, karena kebanyakan masyarakat Indonesia terutama milenial menghabiskan waktunya selama 8 jam per hari untuk bermain media sosial. Maka, para pelaku bisnis perlu mempertimbangkan influencer menjadi sarana promosi mereka yang lebih efektif.
Baca juga: Cara Mudah Influencer Menjalankan Campaign di IAM.id
Icha pun menjelaskan bahwa untuk pemula yang baru merintis usaha, bahkan tidak punya budget besar jangan takut untuk menggunakan influencer. Karena influencer ini tidak selalu mahal, ada influencer jenis nano yang bisa dibayar dengan barter produk.
Jika memang memiliki budget khusus influencer, baru bisa dengan cara paid partnership. Sebetulnya memang sistem pembayaran influencer ini bisa disepakati antara brand dan influencer tersebut. metode pembayarannya pun tidak sulit, jika memang menghubungi langsung ke influencer, maka pembayaran dilakukan secara manual dengan transfer.
Kemudahan transaksi dan pemilihan influencer ini juga bisa didapatkan jika rekan brand menggunakan platform marketplace influencer seperti IAM.ID, mulai dari pemilihan influencer, pembuatan campaign, memonitor campaign bahkan payment nya sudah bisa dikelola melalui platform IAM.ID.
Baca juga: Bisa Bantu Bisnis, Berikut Top 5 Influencer Analytics Tool untuk Marketing Campaign
“Kemudahan ini bisa didapatkan jika rekan brand semua menggunakan platform IAM.ID, jadinya pihak brand tinggal memonitoring campaign dan jika influencer tersebut sudah ada hasil kerjanya, pembayaran bisa otomatis by system, tinggal tunggu jadi saja,” ucapnya.
Influencer yang ingin bergabung ke IAM.ID pun syaratnya cukup mudah, pertama akun media sosial harus public dan tidak di gembok, kedua memiliki minimal 1000 followers di Instagram atau TikTok dan terakhir set account media sosial kita ke mode business atau professional, agar sistem IAM.ID bisa melihat insight atau engagement akun tersebut. Jika syarat tadi sudah terpenuhi, influencer bisa unduh aplikasi IAM Influencer di Apps Store dan Play Store, dan bisa langsung join campaign yang tersedia. Bagi rekan brand yang ingin kolaborasi dengan influencer yang tergabung di IAM.ID, pemilik brand bisa langsung masuk ke website IAM.ID dan klik menu register, maka akan otomatis masuk.
Baca juga: Panduan untuk Brand dalam Membuat Campaign melalui Dashboard IAM.id
Terkait soal kerja sama dengan antara brand dan influencer, Icha melanjutkan bahwa semua itu tergantung tujuan dan kesepakatan kedua belah pihak. Biasanya brand akan memberikan brief terlebih dahulu yang isinya berupa produk yang ingin ditonjolkan apa, hal yang tidak boleh dilakukan apa, bahkan sampai postingan tersebut dikeep berapa lama di akun mereka.
“Scope of work brand harus detail agar menghindari miss, jangan lupa untuk detailkan di awal seperti kesepakatan jumlah postingan, hal yang tidak boleh dilakukan contohnya sebut brand kompetitor atau menggunakan atribut kompetitor, semua tergantung kesepakatan,” ujarnya.
Rekan brand juga tidak ada patokan memilih influencer berdasarkan platform, semua itu tergantung kecocokan platform dengan sebuah brand. Jika memang ada salah satu brand yang target audiensnya perempuan misalkan, maka tidak ada salahnya mencoba trial memilih influencer di TikTok.
Baca juga: Cara Memonitor Campaign yang Sudah Dilakukan Influencer di IAM.id
Apalagi, TikTok saat ini memberikan kemudahan untuk berjualan, karena tidak perlu berganti aplikasi. Namun, jika memang fokus dan punya target audiens di Instagram tidak jadi masalah juga, semua punya kebutuhan masing-masing.
Hal ini dibuktikan juga dengan data terbaru yang mengatakan bahwa pria dengan rentang usia 30 – 45 tahun senang checkout atau berbelanja melalui Instagram dan WhatsApp. Sedangkan wanita lebih general bisa semua platform. Fenomena menarik juga datang dari TikTok, baik itu Gen Z maupun generasi lain pun menggemari belanja di platform asal China tersebut.
“Kalau mau meningkatkan awareness, bisa coba di TikTok. Bahkan kemungkinan konten jualan kitab isa viral. Apalagi TikTok sekarang gak melulu soal joget, ada banyak konten menarik, penggunanya pun mulai dari yang muda hingga yang tua walaupun gak bikin konten, mereka pake TikTok hanya untuk scrolling dan belanja aja,” tutur Icha.
Nah, dalam memilih influencer ini ternyata tidak boleh asal nih SobatIAM, saat menutup sesi sharing ini, Icha menerangkan bahwa pertama-tama lihat dulu followers mereka, atau bisa lebih lengkap jika cek engagement rate (ER) nya. Biasanya jenis nano influencer jika ER nya 5%, sedangkan macro dan mega 1% itu sudah terlampau bagus.
Selanjutnya lihat keaktifan seorang influencer tersebut dalam mengunggah konten. Jika feeds mereka terakhir mengunggah 3 bulan lalu, maka perlu mencari influencer yang konsisten dalam membuat konten, karena ini akan berpengaruh kepada engagement akun tersebut.
Selanjutnya cek apakah influencer tersebut selaras tidak dengan niche yang kita punya. Misalnya brand yang kita punya jualan baju wanita, dan influencer yang kita pilih harus memiliki niche di bidang fashion agar lebih efektif.
Comments
No Comment yet